Perihal Me-reward Diri Sendiri.

Ada temen gw di Sydney, namanya Baits Gerard, yang minta di mention di postingan ini dan juga dipasang foto mukanya (muka yang kata dirinya sendiri cakep banget itu) bertanya.

"Ki ajarin gue dong cara men treat diri sendiri itu gimana? Gw akhir-akhir ini sering banget pelit sama diri sendiri. Padahal harusnya gue bisa beli apa yang gue mau. I mean I've been working so hard and i should treat myself. Tapi gue sendiri ngeronta-ronta untuk bilang enggak. Padahal sebenernya gue butuh banget itu barang, ngerti kan maksud gue?"

"Enggak"

Baits yang hobinya ngajak gw main ke Sephora Westfield buat nyemprotin sample sample parfum mahal ke seluruh badan sebelum berangkat kerja ini, lalu menjelaskan lebih detail masalahnya ke temannya yang dia anggap bisa menuntunnya ke jalan yang benar dalam menghadapi masalah finansial.

Dear Baits, kamu sesat nak.

Padahal kemampuan gue memanage uang bukan gw dapatkan karena rajin mendengar anjuran para ahli keuangan. Tapi kemampuan ini adalah pure sebuah insting yang tumbuh dari orang yang pernah hidup susah di level kemiskinan yang hanya bisa di bayang kan oleh Atta something somehting Gledek you google it. Sehingga anak miskin ini belajar untuk menyiasati uang yang ala kadarnya itu agar bisa survive hingga kini.

Jadi ini saran untuk Baits yang sudah mempercayakan masalah finansialnya dan terkadang juga masalah relasinya sama gue yang lagi-lagi panutannya yang maha benar. Orang yang bahkan masih selalu gagal untuk menabung di celengan ayam apalagi membangun hubungan. (Baits kalo baca jangan marah, nama lu udah gue sebut berkali-kali walaupun yang baca juga elu elu juga). Buat yang lain its optional buat direnungkan atau tidak, totally my personal advice.

Ini masalah gambalngnya: Leptop Baits sudah ngadat. Dia butuh leptop baru. Menurut dia leptop adalah kebutuhan pokok karena dia butuh barang itu untuk bekerja. Tapi entah kenapa dia sayang ngeluarin duit walaupun dia sudah lelah pake leptop yang hobi ngadat. Padahal untuk beli kebutuhan lainnya yang kurang mendesak seperti tas branded dia nggak pernah mikir dua kali untuk mengeluarkan amount yang sama. Atau kalau buat makan. Baits bisa menghabiskan dana dua kali lipat daripada manusia waras lainnya untuk makan di resto yang sama. Dia bahkan gampang aja ntraktir makan di opera Bar waktu dia lulus. Makan daging seupil yang harganya 30$. Belum makan aja gue udah mules duluan liat harganya.

aniwei pertanyaan Baits adalah:
1. Apakah Baits pelit dengan dirinya sendiri karena tidak mau mengeluarkan uang buat beli leptop?
2. Apakah Baits kurang wise dalam membeli barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan?
3. Atau mungkin Baits memang kurang waras secara umum.

Eits ternyata jawaban gue bukan ketiganya.

Menurut gue, setiap manusia punya value yang berbeda untuk suatu barang. Selama dua tahun kenal sama babang Baits yang selalu menjadi target yang mudah untuk diajak patungan beli boba di Chinatown biar bisa buy 1 get 1 free. Gw selalu tahu, kalo ini anak memberi nilai yang tinggi terhadap makanan. Nggak ada harga makanan yang terlalu mahal buat abang beli asal abang senang. Nggak kaya gue yang tiap mau makan di resto harus liat menu di depan pintu ngebandingin harga ke 10 restaurant sampe nemu yang paling murah baru berhenti. Selain makanan si abang sontoloyo ini juga mem value barang-barang branded seperti dompet, baju dan tas. Barang-barang bermerek yang harga satu dompet sama dengan harga satu motor mio, youknowwhatimean. Tapi untuk masalah gadget Baits tidak terlalu perduli.

Kalo gue pribadi nggak terlalu peduli dengan barang branded. Seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya, gue sangat fungsional. If i dont need it, i wont buy it. Gue hanya membeli barang dengan brand yang memang terkenal karena kualitasnya yang awet dan bisa dipakai lama. Seperti tas gunung, sneakers, kacamata, dan jam. Karena semuanya essensial untuk dipakai di daily life atau ketika travelling, hal yang sering gue lakukan. Itupun masih cari toko yang kasih discount gede. I know rite. Dan akan beli lagi ketika memang barangnya rusak atau gue memang butuh ekstra.

Keadaan finansial gw dan Baits boleh dikatakan berada di level yang sama. Barang-barang branded seperti yang Baits koleksi menurut gue nggak penting buat gue beli. Pun gue nggak bakal berusaha untuk menabung buat beli itu. Karena sekali lagi, gue nggak menaruh nilai pada barang branded yang nggak gue butuhkan. Tapi buat Baits yang punya value tinggi terhadap barang-barang itu, pasti merasa bahwa membali barang bermerek adalah hal yang esensial yang penting dan worth it untuk diperjuangkan. Buat gue nggak ada yang salah dengan hal itu. Toh dia menabung dan bekerja keras untuk barang yang dia beri nilai tinggi itu.

Untuk masalah gadget kami berdua memiliki kecenderungan yang sama. Kalo lagi main hp sebelah-sebelahan, udah nggak tau yang mana hape yang paling ancur diantara kami berdua. Begitupula leptop. Gue merasa gue gaptek. Laptop cuma buat nonton film, nyimpen foto dan dokumen, dan nulis. Laptop gue sebelum yang sekarang gue pake ini, dulu udah jebot, kalo nulis udah ngetik panjang lebar tapi tulisannya akan keluar 30 detik kemudian. Ajaib memang. Tapi dulu gue pikir leptop itu masih bisa dipakai, kenapa harus beli yang baru. Gue selalu memiliki alasan kalau itu leptop baru nggak penting-penting banget untuk dibeli. Sampai pada suatu hari gue lagi rajin-rajinnya menulis proyek buku gw dari tahun lalu, dan kelambanan leptop itu mulai mengganggu. Temen gue bilang "Ki udahlah beli aja, waktu itu nggak bisa kembali, kehilangan berapa waktu kamu tiap kali nulis harus deal dengan masalah yang sama, besides you deserved a good computer to write"

Mungkin gue memang kurang mem value gadget, tapi gue memberi nilai yang tinggi di hobby nulis gw. Menulis penting buat gue, menulis di leptop yang nggak ngadat pun sama pentingnya. Seperti halnya ketika gue rela nabung buat beli notes dan pulpen bagus waktu SMP. Karena menurut gw dua barang itu adahal hal essensial untuk membuat gue makin rajin nulis.

So i decided buat membeli my very first Macbook Air. Itupun gue masih bersikeras menabung dan menghemat sehingga  harga leptop ini hanya berapa persen dari tabungan gue, dan cari discount Student (di Sydney, pelajar dapet banyak potongan harga di toko-toko tertentu), lalu gue pun menunggu sampe gue harus keluar dari Sydney biar bisa dapet tax refund 10% di bandara. Sampe segitunya Iya sampe segitunya. Apakah ini berarti gue pelit terhadap diri sendiri?

NO. Gw hanya seorang perempuan yang sedang belajar untuk bijak secara finansial.

Sebenarnya ada satu hal yang gue value besar-besaran dalam hidup.

Travelling.

Setiap 6 bulan sekali gue berjanji sama diri gue sendiri kalau gue akan membawa diri gue liburan. Meng clear kan semua jadwal cuma untuk sekedar menyeruput kopi sambil baca buku di suatu tempat yang asing selama minimal satu bulan. Dan untuk mewujudkan hal itu gue tentu saja akan mempersiapkan budget khusus. Budget khusus berarti gue harus bekerja lebih keras. Seperti ketika memutuskan untuk traveling selama 5 minggu ke US, Canada, dan Hawaii kemarin. Beberapa bulan sebelumnya gue kerja sampe tengah malam, dan harus kerja lagi pagi harinya. Menghemat segila-gilanya. Sehingga gue bisa merasakan 'pause' dalam hidup tanpa perlu kerja minum kopi santai dan mencoba makanan enak di tempat liburan. I wont care about price anymore. Ketika liburan, tabiat gue dalam hal makanan persis seperti tabiat Baits membeli makan di daily life.

It usually cost me a fortune. But i think i deserved it. The time, and the reward for myself. Rite? Tabiat gue membeli tiket dan menyewa tempat tinggal di negeri seberang sama seperti tabiat Baits ketika dilepas di Mall Wesfield sendirian. Liar. Apakah kami anak yang boros karena kami membeli hal yang kurang penting? Tentu saja tidak. Karena buat kami, hal yang orang bilang nggak penting, adalah hal yang esensial. Hal-hal yang membuat kami rela menahan lapar buat mendapatkannya

Tapi ada sebuah pesan yang gue utarakan ke Baits kemarin. Sebelum lu membeli barang-barang itu, make sure lu sudah secure. Kalo gue pribadi, yang dulu cuma bisa ngasilin duit buat makan sama buat kosan lalu abis ditelan kehidupan yang jahat. Gue nggak punya kesempatan untuk belajar nabung, apalagi berinvestasi. Investasi paling besar adalah beli rames biar bisa meneruskan hidup.

Tapi sekarang, selagi gue masih diberi keberuntungan dan kesempatan untuk bisa memiliki pendapatan ekstra, gue sudah mulai belajar untuk medisiplinkan diri sendiri untuk menabung dan berinvestasi. Tentu saja setelah membayar semua kebutuhan prioritas seperti makan, tempat tinggal, keluarga dan asuransi. Lalu ekstra fund bisa lu bagi untuk menabung dan berinvestasi. Tabungan yang harus kita punya salah satunya adalah emergency fund. Menurut gue tabungan ini wajib hukumnya. Lu harus punya simpanan uang yang sewaktu-waktu bisa lu pakai di kala mendesak. Seperti contohnya saat wabah corona ini gue nggak bisa pulang ke Ausi untuk bekerja dan mau nggak mau menjadi pengangguran, gue masih punya cash dari emergency fund yang gue kumpulkan dulu untuk sekedar bertahan hidup beberapa bulan kedepan tanpa pekerjaan. Lalu the rest of the money bisa lu alokasikan ke dana khusus untuk mewujudkan plan atau mimpi dan target yang lu set. Seperti gue punya mimpi untuk bikin coffee house kecil di Ubud suatu hari nanti, memang kedengarannya gila, but i still believe it will come true someday. Karena itu gue punya tabungan khusus untuk hal ini yang gue taruh di deposito, biar ngga bisa diambil-ambil lagi. Tentu saja lu harus percaya bahwa setelah lu rajin bekerja keras bagai QHUDA uangnya someday bakalan cukup untuk mewujudkan mimpi lu.


Beberapa hari ini gue baru aja belajar untuk berinvestasi. Dengan menjadi investor di bisnis teman yang bisa dipercaya dan membeli reksa dana dengan rutin setiap bulan. Temen gue Hanum justru mengalokasikan sebagian besar uangnnya untuk membeli reksa dana. Karena dia punya plan jangka panjang untuk sekolah anaknya dan dana pensiunnya. Gw mencoba menaruh sedikit dana untuk membeli reksa dana dengan jumlah yang kecil sambil belajar (karena jujur saja pengetahuan gue masih minim banget perihal hal ini, lagi rajin nelfonin temen-temen yang lebih ngerti tentang ini). Tapi berita baiknya adalah sekarang ada apps yang bisa membantu kita untuk membeli reksa dana dengan mudah, dan membantu orang-orang pemula kayak gue untuk belajar lebih banyak tetang investasi ini, nama aps nya bibit infonya bisa di cek di link (https://blog.bibit.id)  atau bareksa cek di https://www.bareksa.com. Bahkan kita bisa berinvestasi mulai dari 100 ribu. Kedua apps itu diawasi oleh OJK. Kalian bisa download di app store atau google store. Gw juga masih belajar banget tentang ini tapi its worth to try.


Hanum menyiapkan dengan baik dana pensiunnya dengan membeli reksa dana. Karena Hanum menolak anaknya menjadi generasi sandwich kelak (generasi yang membiayai orang tua dan anaknya, karena orang tuanya tidak settle). Buat gue pribadi keuntungan tinggal di negara semaju Austalia adalah setiap orang yang bekerja dan membayar pajak akan mendapat tabungan Supperanuation, yaitu tabungan yang harus dibayarkan pemberi kerja kepada pekerja sebanyak 10% dari gaji yang dibayarkan langsung ke dalam akun pensiun. Tabungan yang hanya bisa dicairkan ketika mencapai usia pensiun atau ketika meninggalkan Australia for good. (belakangan karena keadaan ekonomi sedang buruk karena corona, supperanuation bisa dicairkan tanpa menunggu usia pensiun dan pulang ke negaranya for good). Mungkin tabungan ini seperti tabungan BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia. Di tabungan inipun gue bisa mendaftar life insurance dengan premi kecil yang didebet langsung dari akun supperanuation, which is gue nggak perlu repot mengeluarkan uang dari pocket money untuk membayar preminya. (Correct me if i'm wrong ya, yang punya info lebih tentang Supper boleh share). Jadi untuk masalah dana masa tua gue nggak terlalu worry.

Oke kembali lagi ke masalah Baits. Its menurut gue ketika kita bisa mereward diri sendiri dengan membeli barang yang memang kita value, itu artinya kita sudah belajar untuk mencintai diri sendiri dengan baik. Tapi menurut gue lagi ni ya, kita tetap harus belajar untuk responsible dengan kewajiban untuk mengelola uang karena again kita yang bertanggung jawab menanggung diri kita sendiri, bukan orang lain. Sekarang dan di masa depan. Jadi belajar untuk secure secara finansial di usia kita ini adalah sesuatu yang bijak untuk dilakukan.

Memberi prioritas kepada hal-hal yang memang sudah seharusnya diprioritaskan. Lalu memberi tingkat urgency ketika kita ragu untuk membeli barang. Seperti menanyakan kepada diri sendiri. Seberapa penting barang ini untuk dibeli hari ini? Seperti kalau memang butuh leptop dan memang urgent belilah. Setelah kewajiban utama dipenuhi semua dan memiliki tabungan khusus untuk barang itu. Kalo barang-barang dan hal-hal yang sifatnya entertaiment dan reward diri sendiri seperti liburan buat gue dan barang branded buat lu, ada baiknya kita bekerja lebih ekstra untuk menghasilkan dana 'khusus' untuk membelinya tanpa merasa bersalah. Dan juga tanpa perlu memaksakan mengambil dari uang-uang yang memang ditabung untuk kepentingan lainnya, seperti kepentingan dalam membangun masa depan. Gitcu.

SOTOY BANGET GUE YA ALLAH. Ngitung duit kembalian pake kalkulator aja masih suka salah-salah, ngomongin investasi dan ngajarin anak orang tentang skala prioritas. Maap.

Tapi ndak papa kan. Toh kita semua berkewajiban untuk belajar membangun hidup dengan penuh tanggung jawab terhadap diri sendiri dan syukur-syukur bisa juga membantu orang lain. Yaudah gitu aja semoga bacotan gue untuk Baits hari ini juga bisa membantu para kaum milenial yang lagi bingung dengan perencanaan keuangan.

Untuk kamu Baits Gerard. Stop beli kopi harga 5 dollar tiap 3 jam sekali, dan mulailah nabung buat beli leptop jangan lupa cari diskon yang paling banyak. Kalo lagi pengin beli kopi mahal, langsung belok ke coles beli nescafe aduk sendiri aja udah jangan banyak gaya. Oce

Seperti janjiku padamu Baits, wajahmu yang absurd akan kupajang di Blogku yang bertaraf internasyenel sampai aku menerima keluhan dari pembaca yang budiman

Thank you for reading and don't forget to wash your hand. Especially YOU BAITS.






Comments

Popular posts from this blog

NEW YORK BEYBEH (Part 1)

Ngadepin orang yang banyak drama (Buang ke laut aja)

Buat Blog LAGI semasa Karantina